Jero Wacik : Mengolah Batin dan Rasa

2 comments
Ini adalah untuk ke dua kalinya saya mengunjungi Bali. Yang pertama bersama keluarga besar saya dan yang kedua hari ini bersama Team SosmedJW.Tujuannya sama yaitu jalan-jalan.Hanya yang kedua ini adalah jalan-jalan untuk mencari tahu,Siapa Jero Wacik dari orang-orang terdekatnya. Dan bagaimana sosok Jero dimata mereka semua.

Agenda pertama adalah Menginap selama dua malam di Kintamani tepatnya di The Ayu Executive Villa and Flamboyant Resto. Ini adalah Villa yang dimiliki oleh bapak I Ketut Mardjana yang sepak terjangnya dalam dunia bisnis terinspirasi dari Jero Wacik. Bisa dikatakan beliau adalah orang kedua yang keluar Bali untuk kuliah setelah Jero Wacik. Jero wacik di ITB sedang pak Ketut di STAN.


 Banyak yang bilang ini adalah perjalanan yang akan menimbulkan resiko. Kenapa resiko? Karena membantu seseorang yang sedang berhadapan dengan kasus hukum dianggap tidak baik. Tapi justru disinilah tantangannya. Kami dibentuk sebagai penyeimbang berita yang ada.

Seperti kita ketahui sejak tahun 2014 berita  Jero Wacik korupsi menyebar melalui mass media,baik surat kabar ataupun media online. Semuanya memberitakan tentang Jero Wacik korupsi uang Negara ketika menjadi menteri. "Bagaimana mau korupsi uang negara ? Kalau Jero wacik sudah punya Villa di Nusa dua sebelum jabatan menteri itu".demikian keterangan pak Ketut selesai kami menikmati santap malam bersama."Bahkan Jero adalah mentor,pemberi support buat teman-temannya yang ingin maju"demikian tambahnya.

Hari Kedua kami mengunjungi keluarga besar Jero Wacik di Toya Mampah,Kintamani.
Jalan menuju Toya mampah,Kintamani tempat dimana Jero Wacik dilahirkan,cukup terjal dan berkelok -kelok,udaranya sangat sejuk dan  berada di atas ketinggian dengan pemandangan danau Batur yang tenang.Bagi Masyarakat Bali danau ini adalah segalanya.Untuk itulah mereka sangat menjaganya dari segala aktivitas yang dapat mencemari danau tersebut.

Kami disambut hangat oleh keluarga Keluarga Jero dan duduk ngobrol panjang lebar bagaimana sosok Jero do mata mereka masing-masing.
"Masa kecil Jero sangat melarat"kata pak Handog teman SMP dan SMA Jero di Batur.
"Ibunya berjualan kain yang dijunjung tinggi di kepala yang akan ditukar dengan kopi."Belum ada kendaraan yang lewat."Ibunya meninggal tahun 1978 ketika beliau masih kuliah".Lanjut pak Handog
"Bapaknya meninggal setelah Jero jadi
menteri.

Jiwa kepemimpinan Jero didapat dari almarhum bapaknya.
Saya bertanya pada pak Handog:"Pernah tidak pak,JW ajak bapak-bapak semua disini untuk makan-makan atau bertemu untuk hal yang berkaitan dengan jabatannya sebagai menteri"? Pak Handog tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. JW sangat menjaga jabatannya. Beliau tidak mau keluarga besarnya terlibat atau bahkan memanfaatkan jabatannya. Semua harus kerja keras.
"Apa sih uang hasil korupsi ini?" Tidak akan kekal", kata pak handog teman yg sudah dianggap saudara oleh Jero Wacik.

Saya menyapu pandangan pada
bangunan-bangunan pura dan rumah yang sangat sederhana buat ukuran menteri. Bayangkan sudah jadi menteri tapi jejak peninggalannya masih tetap sama.Tanpa perubahan tanpa diada adakan apalagi menggunakan dana jabatannya.Bapak Jero menolak ditawar-tawari  fasilitas sebagai menteri.Dari kuliah,kerja dan jadi menteri tidak ada perubahan sama sekali dalam diri Jero Wacik.tetap doyan undis kacang hitam. Makanan yang selalu akan dikenang sepanjang hidupnya ketika tidak mempunyai beras.Sebelum jadi menteri Jero Wacik sudah kaya". Ada rona kesedihan ketika handok mengungkapkan ini semua. Katanya:"Mungkin kalau  terjadi di Bali mereka akan demo.tapi ini di Jakarta"." Rakyat Bali tidak percaya dan jengkel dengan bahasa memeras". "Keluarga besar sangat kecewa karena di Bali JW adalah pemangku. Karena jabatan itu haram hukumnya. Keyakinan bahwa pemangku adalah pelayan umat.
Bayangkan masak seorang pemangku begitu kelakuannya?

Keluarga besar Jero Wacik sangat terbuka terhadap kehadiran kami semua. Pun terhadap media-media lainnya,walaupun mereka kecewa,karena apa yang ditanyakan jauh berbeda dengan apa yang dipublikasikan. Sampai hari ini jabatan pemangku tetap disandang oleh Jero Wacik. Dalam 1 tahun ada 5 kegiatan yang dilakukan dalam pura. Ada kekecawaan yang dalam diungkap kakak tiri Jero Wacik. 
Jero Wacik adalah menteri yang tidak mempunya  rumah ditanah kelahirannya.Dari Kintamani sampai Bangli semua orang tahu.
rumah Jero Wacik adalah pura,jabatan pemangku bukan jabatan yang datang begitu saja. Tapi ini adalah pilihan Tuhan.Keluarga manapun tidak ada yang tahu apakah anaknya nanti akan jadi pemangku atau tidak. Atau anak siapa yang akan jadi pemangku mereka pum tidak bisa menerka - nerka.Tapi tuduhan atas pemerasan terhadap Jero membuat seluruh keluarga kecewa atas ketidakadilan ini. Pembunuhan karakter telah terjadi disini.

Kami meninggalkan Toya menuju tol Bali Aandara yang panjangnya 11KM

Ada yang mengusik hati saya yaitu tentang kesaksian Jusuf Kala wakil presiden dalam sidang Tipikor "Jero Wacik itu orangnya baik dan banyak prestasinya, karena tidak  mungkin kalau tidak berprestasi presiden SBY mau menunjuk JW sebagai menteri untuk yang kedua kalinya".
Dan akan sangat tidak mungkin karena JW adalah pemangku buat umat. Haram hukumnya. Masih tergiang suara-suara  kecewa ditelinga saya.

Related Posts

2 comments

Post a Comment