Jangan Biarkan Anak-Anak Sendirian Menghadapi Media Sosial

30 comments


Malam itu rumah Maroko yang ada di Jl. Indramayu no.5, Menteng, Jakarta Pusat terasa hangat menyambut kedatangan saya. Ruang pertama dengan informasi seputar Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Indonesia. Melangkah ke dalam melihat kolam renang yang nampak temaram dengan sorot lampunya, langit yang dapat kita lihat dari ruang tengah yang terbuka. Dan beberapa sudut diletakkan hasil karya para jurnalis melalui foto dan tulisan.




Saya menghitung berapa kira-kira luas rumah ini. Dengan kamar-kamarnya yang ada di ruang atas. Dan berapa banyak penghuninya ya? Akh yang tertangkap adalah sebuah keluarga dimasa lalu ketika saya masih kecil, bermain, berlari, bercengkrama dan bebas dari yang namanya media sosial.

Narasumber Piala Merak [dokpri]

Hadir malam itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlidungan Anak, Yohana Yembise, ibu Lenny N. Rosalin, Deputi Menteri Bidang Tumbuh Kembang Anak, Agus Sudibyo, Dewan Pers, Rinno Ama, Aktivis Hak Anak, Prof. Irwanto, Psikolog dan Peneliti Ilmu Kajian Anak, Fairuz Illoet, Founder Komunitas Ibu Cerdas dan moderator Semiarto Aji, Antropolog.

Di samping diskusi tentang pemenuhan hak anak, ada juga sejumlah tokoh yang hadir untuk membacakan narasi cerita inspiratif tentang anak diantaranya adalah kak Seto Mulyadi, Mona Ratuliu, Lenny N. Rosalin, Prof Irwanto, Antarini Ama dan Sonya Hellen Sinombor.

Acara Malam Penganugerahan Piala Merak (Media Ramah Anak) 2018 malam ini adalah bentuk apresiasi KPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Indonesia) kepada media yang telah melindungi hak-hak anak, yang mana yang boleh diberitakan dan yang tidak.

Menteri  KPPPAI Yohana Yembise [dokpri]


"Saya berharap media di sini seperti di luar, dimana setiap harinya memberitakan mengenai ibu dan anak, karena saya melihatnya masih kecil porsinya untuk kionten ini. Padahal perempuan adalah pondasi dalam keluarga dan anak adalah penerus bangsa."Yohana Yembise

Lenny N. Rosalin "Saya berharap Media dapat hadir dalam mendidik keluarga untuk pemenuhan hak-hak anak melalui peran keluarga dalam mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030. media melakukan edukasi kepada keluarga sesuai dengan pasal 7 ayat (5) Undang-undang No. 35 tahun 2014 untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030 dan meningkatkan awareness keluarga dalam pemenuhan hak anak dan Negara dalam menjamin terpenuhinya hak anak

Mona Ratuliu dengan cerita inspirasi [dok @tutyqueen]


"Kita harus menghormati hak anak salah satunya adalah tidak melakukan pemotretan pada anak tanpa mengenakan pakaian.

Definisi anak dalam kode etik jurnalistik saat ini menjadi sebuah delima. Yaitu anak adalah yang sampai berusia 14 tahun/belum menikah. Tetapi pada kenyataannya berbeda. Maka kalau tidak diubah akan tetap membuat anak rentan terhadap eksploitasi yang ada" Antarini Ama Aktivitis Hak Anak.

Kak Seto membaca cerita inspiratif [dokpri]


Psikolog dan Peneliti Ilmu Kajian Anak, Fairuz Illoet "Kalau saya lebih aware sama beberapa tayangan di televisi. Tidak hanya berita tetapi tayangan-tayangan seperti sinetron dan sebagainya. Yang sangat perlu kita perhatikan konten-kontennya yang sudah mulai melenceng dari seharusnya dan ini juga menjadi pr buat kita bersama. Dan bagaimana tontonan layak anak dan mengedukasi."

"Bagaimana literasai media dalam dimasukan dalam kurikulum siswa-siswa kelas7. Karena di Korea anak-anak sudah diajarkan bagaimana mereka menggunakan media" Agus Sudibyo Dewan Pers


Prof Irwanto [dokpri]

Prof Irwanto "Ini adalah bentuk harapan pada media sebagai penentu keberagaman. Karena media memiliki kekuatan untuk mengisi konten-konten yang dapat membantu anak-anak memahami bahwa mereka tidak sendiri, bahwa diantara orang-orang yang mereka kenal banyak sekali perbedaan tetapi nggak masalah. Apalagi mengenal Nusantara itu nggak mudah. Karena yang terjadi sesungguhnya sering kali adalah prinsip bad news good news. Nah ini yang jadi masalah. Oleh karena itu khusus mengenai anak-anak ini, justru mungkin bukan masalah anak saja ya, dalam banyak hal jangan selalu bad news adalah good news. 

Karena bad news kalau ada di tangan anak-anak adalah bad news yang sebenarnya.


wartawan senior dengan cerita inspiratif [dokpri]

Himbauan kita bukan saja kepada media, karena himbauan berikutnya yang tidak kalah penting adalah pada orang tua. Karena anak tidak mungkin menghadapi media yang sangat besar, raksasa ini sendian. Anak butuh orang tua, anak butuh guru untuk mendampingi.

Media juga membantu orang tua melalui konten-kontennya. Karena kita kuatir kalau anak-anak sekarang akan dewasa lebih awal. Dewasa bukan karena fisik tetapi karena informasi. Dan ini belum tentu sehat. Karena banyak studi yang menemukan anak- anak di bawah usia 13 tahun mengalami depresi yang disebabkan oleh sosial media.



Akhirnya kita ucapkan selamat juga kepada teman-teman media yang mendapat penganugerahan piala Merak 2018. Piala Merak 2018 adalah anugerah dan penghargaan kepada media dan insan media yang telah berpartisipasi dan berkontribusi pada upaya sosialisasi dan edukasi dalam pemenuhan hak anak dan menjadikan kepentingan terbaik anak sebagai jantung kerja jurnalistik (the center of journalism.













Related Posts

There is no other posts in this category.

30 comments

  1. Memang gak mudah ya di era begini menjauhkan anak-anak dari media sosial. Tapi setidaknya kita bisa mengupayakannya bagaimana anak2 bisa menggunakannnya seminimal mungkin seraya mereka bertumbuh dan makin besar hingga bisa memilah dan memenej diri mereka sendiri. Beruntung ada media2 ramah anak yang bisa jadi alternatif agar mereka tak bergantung sepenuhnya pada media sosial

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar banget mba makanya media ini juga di apresiasi apalagi untuk teman teman daerah juga kan bisa jadi semangat juga y

      Delete
  2. Gadget itu ada manfaatnya tapi ada juga efek negatifnya. Kan semua hal juga ada plus minusnya. Yang penting kita dampingi aja kalo anak2 main HP dsb. Suka sebel lihat orangtua yg mamerin sering2 wajah anak2nya teriutama masih balita hehehe apalagi dg caption yg ga banget hhmm... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya hahaha perhatiin juga ya, ortu yang punya anak malah nggak perhatiin ya

      Delete
  3. kadang orang tua suka kebablasan , posting foto anak tanpa busana masih kecil seh tapi kadang suka risih juga liatnya

    ReplyDelete
  4. Terimakasih informasi pentingnya kak, setidaknya aku jadi lebih hati-hati dan bijak terhadap medsos dan dampaknya terhadap anak-anakku

    ReplyDelete
  5. Penting banget diketahui untuk para ibu millenial nih, jangan sampat media sosial menjadikan anak jadi memiliki dunianya sendiri, semoga kelak anak-anakku bijak dalam bersosial media.. InshaAllah akan saya arahkan untuk bermedia sosial yang positif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul ortu nggak bisa "menguasai" anak maka hati2 media sosial yang akan menguasainya

      Delete
  6. Bukan hanya ortu aja yah Mbak, orang dewasa kalau melihat anak-anak udah lihat medsos kudu waspada deh

    ReplyDelete
  7. Duh, serem deh kalo anak dibiarin gitu aja main sosmed. Hari gini ngeri2. Jangankan yang masih di bawah umur kayak anak2, aku aja masih suka takut. Semoga anak-anak bisa diarahkan untuk main sosmed dan internet secara sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, banyak jebakan batman juga jadi mesti waspada keluarga

      Delete
  8. Media sosial memang sangat menarik, apalagi anak kecil sekarang usia SD aja udah ngert fesbuk, ig, tapi untungnya anak-anakku belum paham sih, walopun emaknya tiap hari medosan, hehe. Oya, Mba aku sepaham jangan sampai kita motret anak tanpa pakaian, aku anti sama hal itu. Ternyata itu hak anak ya.. Keren Bu Menteri acaranya. Sukses!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bayangkan aja kalau besar dia tahu bisa protes deh hahaha

      Delete
  9. Medsos oh medso di satu sisi sangat membantu tetapi juga menjerumuskan lahhh itu dah langsung di berikan tanggung jawab org tua memang utk mengawasi anaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya anak anak adalah anak orang dewasalah yang kadang nyelipin hal hal negatif, makanya media harus bantu banget deh konten yang ramah anak

      Delete
  10. Anak-anakku termasuk yang belum terekspos dengan media sosial meskipun emaknya tiap hari mantengin medsos. Si kakak tahu sih instagram dan youtube tetapi hanya sebatas untuk mendapatkan informasi saja. itupun kami (orangtua) yang cariin. Rencananya memang dikit-dikit mau edukasi anak untuk penggunaan medsos yang baik dan sesuai dengan umurnya. Salut sama bu Menteri acaranya kece dan penting banget untuk masa depan anak-anak kita nanti ya mbak Gita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya aku terbuka aja kadang bahas kalau si abang kan udah besaran, jadi paham kalau yang anak anak yang penting awasin memang kadang terlalu dalam infonya juga bikin mereka belum paham

      Delete
  11. Thanks for sharing ya Mba.... memang ya banyak media yang belum ramah anak dan belum memberikan porsi khusus pemberitaan soal anak. Soal medsos, memang orang tua kudu aware banget sama penggunaan medsos ...

    ReplyDelete
  12. Mendampingi Anak dalam memahami dan mengikuti Media sangatlah penting. Bagaimana Media yang harusnya memberikan pengaruh baik, bisa "membunuh" mereka secara perlahan saat penggunaan dan penerimaannya tidak tepat. Jadi Orangtua di era sekarang penuh tantangan ya Mba, tp selama pintar memilih mana Media yang baik, dan diterapkan manajemen waktu, tentunya akan memberikan efek yang positif dan sesuai dengan Peran seharusnya.

    ReplyDelete
  13. Memang seharusnya para orangtua tetap mendampingi anaknya saat bersosmed agar tidak kebablasan dan lupa waktu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bu, nggak boleh dilepas, kadang saya juga suka ingatkan anak terutama pas waktu sholat nggak bangun bangun asyik main game

      Delete
  14. Aku susah susah gampang menjauhi anak saya dari media sosial soalnya saya sendiri pengguna media sosial dimana anak kadang juga melihat saya... jadinya si anak ikut2qn juga...

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam menjauhkan anak dari media sosial, dan kita sebagai orangtua juga gak bisa menghentikannya,krn anak2 jg mesti maju dalam pengetahuannya di media sosial, inilah jadi PR buat kita para orangtua agar dapat mengarahkan anak2 agar tdk terjerumus pada media sosial itu sendiri

    ReplyDelete

Post a Comment